Jumat, 08 September 2017

Tahun 2016 dan 2017 yang Istimewa

Hmmmmm… udah lama ya nggak ngepost di blog ini. Dari 2016 sampai pertengahan 2017 ni ada banyaaaaaaaak hal yang terjadi, entah itu bahagia maupun duka. Mulai aja ya, jadi selama kelas 11 itu alhamdulillah adalah taun-taun dimana aku harus banyak bersyukur. Alhamdulillah aku diberi kesempatan Allah untuk ikut dan menjuarai 2 event nasional bergengsi di kalangan pelajar, apalagi kalau bukan OSN dan OPSI. Sebenarnya sih, aku pernah iseng-iseng mbatin (berkata dalam hati) sendainya bisa ikut kedua lomba itu, eh akhirnya kejadian juga, jadi medalis semua lagi.
Niat awalku yang utama itu jadi medalis OSN, setelah gagal di kelas 10 (waktu itu sampai tingkat Provinsi). Maka dari itu, usaha buat jadi medalis OSN aku kencengin, penelitiannya entah bagaimana nasibnya (di kelas 10 aku juga udah mencoba berbagai lomba penelitian dan belum ada yang berhasil). Pokoknya hampir tiap hari aku selalu sempetin belajar ekonomi (pelajaran lain juga harus diperhatikan sih, biar nilai rapor nggak anjlok dan dapet SNMPTN). Setiap ada pembinaan selalu aku prioritaskan (daripada rapat event, dll), di kelas 11 ini aku juga mengurangi kegiatan non akademik. Sebenernya sepele sih cita-cita aku saat itu, intinya pengen nyekip sekolah, naik pesawat terbang gratis, tidur di hotel bintang 4 (klo bintang 5 masih ketinggian mimpinya hehe), dan dapet uang saku hehe.
Waktu OSN di Jogja 2015 (pas aku belum berhasil ikut) hotelnya di bintang 4 dan baguuuuus banget, makanya aku termotivasi harus jadi finalis OSN 2016. Kalau pembinaan OSP dan OSN kontingen DIY baru di hotel bintang 3. Itu aja udah membuat badan aku membesar, pipi jadi lebih tembam, berat badan naik drastis. Pokoknya pas pembinaan acaranya itu ya bangun, sholat subuh, mandi, sarapan, belajar, coffe break, belajar, makan, solat dhuhur, belajar, solat asar, coffe break, belajar, mandi, solat magrib, makan, belajar, solat isya, belajar, tidur, bangun lagi (ya intinya cuma mandi, makan, sholat, belajar, tidur hehe gitu terus selama berminggu minggu). Nah, tapi pas di Palembang (OSN 2016) hotelnya tidak sesuai ekspektasi, malah ada kasus keracunan makanan dan makanan di sana banyak yang tidak cocok dengan lidah aku (tapi hikmahnya badan aku jadi kembali seperti semula setelah pulang dari Palembang wkwkwk). Alhamdulillahnya aku nggak keracunan dan bawa oleh-oleh pempek serta medali perunggu J J J. Nah karena kecewa dengan hotelnya aku diam-diam mbatin lagi “Yah, keinginan buat nginep di hotel bintang 4 belum terwujud, seandainya besok bisa terwujud di OPSI.”
Oh iya, yang aku inget waktu habis OSN itu, sampai jogja hari Sabtu malam, hari Selasanya langsung UKK (padahal sebelum ke Palembang nggak pernah masuk sekolah L) Akhirnya setelah UKK sibuk nglengkapin tugas, ulangan susulan, remidi, dll. Untung nilai nggak turun drastis (ini hasil dari memohon keringanan ke guru2, misalnya ulangan susulan diganti tugas aja wkwkwk)
Seperti yang sudah tak ceritain tadi, sebenernya tahun kemarin itu aku cuman mau fokus ke OSN. Tapi diluar dugaan, partner penelitian aku (yang aku prediksi bakal lolos OSN juga) nggak lolos OSK, mau nggak mau aku harus tetap memperjuagkan mimpi teman aku yang satu ini buat dapet sertifikat hehe (alhamdulillah sekarang dia diterima di Teknik Kimia UGM jalur SNMPTN). Akhirnya dengan nekat, data yang kurang memadai, analisis data yang tidak berpengalaman akhirnya penelitian kami selesai (ini sebenernya juga karena dukungan mas Zaenal yang kata-kata beliau selalu aku ingat “uang yang kalian pakai untuk penelitian ini uang rakyat lho adek-adek, jadi jangan disepelekan”). Yah, karena ini memang beasiswa penelitian hehe jadi harus dipertanggungjawabkan dong ^^. Penelitian kami jarang dikoreksi mentor-mentor berpengalaman. Tapi menurut aku  sendiri alasan kenapa kok penelitian ini bisa menarik dewan juri karena idenya dan keorisionalitasnya hehe. Jadi di OPSI itu menurut aku yang hal yang penting adalah ide dan keorisionalitasannya.
Pengumuman finalis OSN sama OPSI yang diumumkan lewat web itu jauh bangeeeet rasanya. Pas OSN, di hari pengumuman aku udah mantengin website, berapa menit sekali ngecek, terus pas selesai download, jantungnya kayak mau copot gitu hehehe. Tapi pas liat pengumuman finalis OPSI, aku aja lupa pengumumannya kapan, aku buka setelah dishare temen aku, ada nama aku, aku biasa aja, malah jadi takut klo misalnya jurinya salah tulis nama. Aku juga bingung cara menilainya bagaimana, soalnya banyaaaak banget temen aku yang berusaha mati-matian buat penelitiannya tapi nggak lolos. Eh aku yang usahanya menurut aku biasa aja bisa lolos.
Sebenernya penelitianku ini penelitian lanjutan, jadi pas kelas 10 itu aku pernah penelitian tentang ini tapi beda permasalahan yang dibahas. Nah, pas kelas 10 itu aku sama partner udah usaha semaksimal mungkin. Yang aku inget pernah wawancara sampai deket Kaliurang naik motor berdua. Padahal waktu itu dia masih amatir banget naik motornya, motornya aja pernah jatuh berkali-kali wkwkwk. Pokoknya pas kelas 10 itu berharap banyak deh. Tapi ternyata Allah lebih tau waktu yang tepat hehe.
Nah pas udah pengumuman kami tu malah takut jangan-jangan nanti jadi finalis cuma bikin malu aja, pokoknya nggak pede deh. Untung dari DIY itu ada pembinaan buat matengin persiapan sebelum ke Jakarta, tempat OPSI 2016. Nah, disitu akhirnya kami lebih percaya diri dan penelitian kami lebih bermutu hehe.
Jalannya OPSI nggak tak jelasin di sini ya, udah agak lupa intinya kita nginep di hotel bintang 4 yang nyaman banget (jadi cita-cita aku nginep di hotel bintang 4 tercapai deh hehe), ada acara kunjungan ke industri, terus acaranya presentasi gitu sama pameran. Kalau pas pameran kami (aku dan partner) menjelaskan penelitian kami ke orang-orang yang dateng dan dinilai poster penelitiannya oleh juri. Waktu pameran agak gugup juga karena kanan kiriku udah cas cis cus aja njelasin pakai bahasa inggris, sedangkan kami pakai bahasa Indonesia saja kadang nggak jelas ngomong apaan hehe. Gak tau kenapa pas presentasi aku merasa lebih percaya diri dan nggak deg-degan hehehe. Mungkin bener ya kalo practices make perfect. Mungkin sekarang karena jarang latian ngomong lagi kalo disuruh ngomong di depan umum groginya balik lagi hehe. Intinya sih kalo di OPSI karya itu harus beneran peserta yang ngerjain, bukan mengandalkan orang lain. Mentor memang ada dan itu mengarahkan saja. Pokoknya keliatanlah kalo pas presentasi kemudian ditanyain juri. Pokoknya kalau yang melakukan penelitian itu mereka sendiri, pas ditanya njawabnya lancar jaya.
Pas pengumuman medalis OPSI, baru deh aku deg-degan dan jantung rasanya mau copot. Kebalikan di OSN, klo pas pengumuman medalis OSN aku tenang-tenang aja, aku juga bingung hehehe. Di OPSI ini ahamdulillah bawa pulang medali perak.
Kebahagiaan aku terus bertambah ketika sering mewakili sekolah buat ikut lomba ekonomi dan akuntansi. Yah, lombanya lumayan banyak sih soanya hampir semua PTN dan PTS di jogja yang ada jurusan ekonomi/akuntansi pasti ngadain lomba. Aku bahkan beberapa kali menolak beberapa lomba karena waktunya bersamaan. Belum lagi bonus yang aku dapat sebagai medalis OSN dan OPSI dari sekolah, kota, dan provinsi. Alhamdulillah,setelah di total semuanya aku sudah bisa menabung untuk biaya kuliah (tapi baru S1 hehe). Dan karena itu pula orang tua aku nggak mengijinkan buat ikut bidikmisi waktu kuliah. Selain karena aku itu minat ke sekolah kedinasan, kami (aku dan orang tua) merasa masih banyak diluar sana yang butuh beasiswa tersebut dan merasa masih mampu untuk bayar kuliah sendiri.
Di setiap kebahagiaan juga ada kesedihan. Ya, begitulah hidup manusia. Tanggal 4 April 2017 kemarin adalah hal yang paling menyedihkan buat aku selama hidup di dunia ini. Tepat di tanggal tersebut Bapak aku dipanggil Allah L. Sedih sekali kalo mengingat kejadian tersebut. Yah meskipun kata beberapa orang aku ”terlihat kuat” (karena aku hanya menangis sebentar, tidak sampai teriak-teriak dan pingsan hehe). Buat aku, kenapa harus menangis jika dengan menangis Bapakku tidak akan bisa hidup lagi. Yah walaupun pas menulis ini lagi-lagi aku harus berkaca-kaca karena mengingat beliau. Beliau itu sosok yang sabarnya luar biasa, lebih sering diam tapi memilih untuk bekerja (nggak cuma omong doang), yah pokoknya yang yang menginspirasi aku dibanyak hal lah. Beliau itu yang sering nganterin aku keliling Jogja buat lomba, pembinaan, dll. Pas pembinaan OSN aja beliau 3 hari sekali dateng buat nengok aku dan nganter pakaian bersih kemudian menukarnya dengan pakaian kotor. 
Jadi kronologisnya begini, bulan Agustus 2016 itu bapak masih nganter aku buat lomba akuntansi di suatu perguruan tinggi. Awalya beliau nolak sih nyuruh aku sendiri aja, tapi aku itu paling nyaman dan tenang kalo dibonceng bapak hehe. Selain itu waktu itu kebetulan aku juga bawa pulang piala yang gedhe (paling gedhe diantara yang pernah aku dapat), jadi emang tepat pilihan aku buat dianter bapak hehe. (Itu lomba terakhir yang aku ikuti dengan dianter bapak)
Bulan September bapak masih ikut aku buat ikut sosialisasi masuk PKN STAN, kayanya itu awal bulan. Nah, di pertengahan September bapak aku tiba-tiba pingsan waktu di sawah, tapi akhirnya bisa siuman terus pulang naik motor. Nah pas itu langsung diperiksa ke dokter dan katanya cuma masuk angin.
Bulan Oktober Bapak aku berobat lagi karena badan belum enak, dan dokter mendiagnosis Bapak sakit Jantung Bengkak. Kami, sebagai keluarga yang selalu positif thinking tidak pernah mengkhawatirkan hal tersebut karena tahun 2013 Bapak juga pernah bermasalah dengan jantungnya dan setelah itu normal lagi. Bapak juga sempat opname selama 1 minggu di rumah sakit.
Dari Bulan Oktober sampai April kondisinya memang naik turun. Kadang kakinya bengkak kadang normal. Klo lagi fit ya ke sawah, naik motor sendiri, ya pokoknya normal seperti biasalah. Klo lagi nggak enak ya rasanya kayak orang masuk angin, Cuma tiduran di rumah nggak ngapa-ngapain. Tiap bulan selalu kontrol ke rumah sakit dan kata dokter baik-baik aja.
Pas tanggal 4 April itu paginya bapak ngerasa kakinya sakit, susah buat jalan. Nah sebelum itu kondisinya juga kurang fit. Tak suruh ke rumah sakit juga nggak mau (1 hari aku dan ibuk bisa nyuruh sampa 10 kali lho), niatnya mau nunggu jadwal kontrol dokter selanjutnya. Nah, dari pagi itu Bapak udah niat mau minum obat warung buat asam urat (karena bapak ada riwayat asam urat juga), tapi aku nggak ngebolehin soalnya obatnya itu sebenernya nggak ada ijin edar dan berbahaya. Akhirnya Bapak minum obat dari dokter. Sampai sore pun ternyata kakinya masih sakit. Bapak cuma bilang, “klo sampai malem nanti sakitnya nggak sembuh, obat warungnya mau tak minum”. Aku cuma bilang iya dengan setengah hati karena aku nggak ikhlas kalo bapak aku minum obat itu, apalagi bapak punya riwayat sakit jantung. (untungnya sampai Bapak tiada Bapak belum sempat minum obat warung itu jadi aku tidak menyesal)
Sekitar habis maghrib, Bapak aku itu masih ngobrol2 santai sama om dan ibuk aku, Aku yang biasanya ikut nimbrung memilih ngerjain soal matematika karena waktu itu sudah mendekati UN. Sampai adzan isya’ om aku pamit buat ke masjid dan ibuk aku wudhu + sholat duluan karena bapak aku mau BAB dulu sebelum wudu dan solat isya’. Nah saat bapak udah keluar kamar mandi, terdengar suara bruk. Aku dan ibuk pun mendapati Bapak sudah tiada (setelah itu dipastikan dengan memanggil dokter). Alhamdulillahnya meskipun bapak belum sempat sholat isya, Bapak meninggal dalam keadaan berwudhu dan berniat sholat. Yah, tidak semua orang bisa meninggal dalam kondisi seperti itu lho. Menurut islam kan manusia akan meninggal sesuai dengan kebiasaannya. Alhamdulillah, kebiasaan Bapak aku ini kalau sholat selalu tepat waktu.
               Life must go on. Kesedihan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, aku akhirnya justru semakin semangat buat ngejar mimpi aku sekolah ke PKN STAN, seperti impian alm. Bapak. Alhamdulillah impian tersebut akhirnya terwujud (pengalaman masuk STAN akan aku ceritakan di postingan selanjutnya).

Inti dari postingan ini adalah :
Syukuri hidup yang kita jalani karena masih banyak yang tidak seberuntung kita. Meskipun bapakku sudah tiada aku masih bersyukur bisa diberi kesempatan bersama bapak di dunia selama 18 tahun, banyak juga lho yang bahkan sebelum lahir bapaknya sudah tiada, atau banyak di luar sana yang bahkan tidak tau keberadaan orang tuanya. Aku juga bersyukur bapak meninggal dalam keadaan baik dan semoga khusnul khotimah. Aku tidak membayangkan jika ada yang meninggal dalam keadaan bermaksiat. Naudzubillah min zalik
Dalam hidup ini selalu ada kebahagian dan kesedihan, jadi jalani saja dengan ikhlas, semua manusia akan mengalaminya sesuai porsinya masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar