Hmmmmm… udah lama ya nggak ngepost
di blog ini. Dari 2016 sampai pertengahan 2017 ni ada banyaaaaaaaak hal yang
terjadi, entah itu bahagia maupun duka. Mulai aja ya, jadi selama kelas 11 itu
alhamdulillah adalah taun-taun dimana aku harus banyak bersyukur. Alhamdulillah
aku diberi kesempatan Allah untuk ikut dan menjuarai 2 event nasional bergengsi
di kalangan pelajar, apalagi kalau bukan OSN dan OPSI. Sebenarnya sih, aku
pernah iseng-iseng mbatin (berkata
dalam hati) sendainya bisa ikut kedua lomba itu, eh akhirnya kejadian juga,
jadi medalis semua lagi.
Niat awalku yang utama itu jadi
medalis OSN, setelah gagal di kelas 10 (waktu itu sampai tingkat Provinsi).
Maka dari itu, usaha buat jadi medalis OSN aku kencengin, penelitiannya entah
bagaimana nasibnya (di kelas 10 aku juga udah mencoba berbagai lomba penelitian
dan belum ada yang berhasil). Pokoknya hampir tiap hari aku selalu sempetin
belajar ekonomi (pelajaran lain juga harus diperhatikan sih, biar nilai rapor nggak
anjlok dan dapet SNMPTN). Setiap ada pembinaan selalu aku prioritaskan
(daripada rapat event, dll), di kelas 11 ini aku juga mengurangi kegiatan non
akademik. Sebenernya sepele sih cita-cita aku saat itu, intinya pengen nyekip
sekolah, naik pesawat terbang gratis, tidur di hotel bintang 4 (klo bintang 5
masih ketinggian mimpinya hehe), dan dapet uang saku hehe.
Waktu OSN di Jogja 2015 (pas aku
belum berhasil ikut) hotelnya di bintang 4 dan baguuuuus banget, makanya aku
termotivasi harus jadi finalis OSN 2016. Kalau pembinaan OSP dan OSN kontingen
DIY baru di hotel bintang 3. Itu aja udah membuat badan aku membesar, pipi jadi
lebih tembam, berat badan naik drastis. Pokoknya pas pembinaan acaranya itu ya
bangun, sholat subuh, mandi, sarapan, belajar, coffe break, belajar, makan,
solat dhuhur, belajar, solat asar, coffe break, belajar, mandi, solat magrib,
makan, belajar, solat isya, belajar, tidur, bangun lagi (ya intinya cuma mandi,
makan, sholat, belajar, tidur hehe gitu terus selama berminggu minggu). Nah,
tapi pas di Palembang (OSN 2016) hotelnya tidak sesuai ekspektasi, malah ada
kasus keracunan makanan dan makanan di sana banyak yang tidak cocok dengan lidah
aku (tapi hikmahnya badan aku jadi kembali seperti semula setelah pulang dari Palembang
wkwkwk). Alhamdulillahnya aku nggak keracunan dan bawa oleh-oleh pempek serta medali
perunggu J J J. Nah karena kecewa dengan hotelnya aku
diam-diam mbatin lagi “Yah, keinginan
buat nginep di hotel bintang 4 belum terwujud, seandainya besok bisa terwujud
di OPSI.”
Oh iya, yang aku inget waktu habis
OSN itu, sampai jogja hari Sabtu malam, hari Selasanya langsung UKK (padahal
sebelum ke Palembang nggak pernah masuk sekolah L) Akhirnya setelah UKK sibuk nglengkapin tugas,
ulangan susulan, remidi, dll. Untung nilai nggak turun drastis (ini hasil dari
memohon keringanan ke guru2, misalnya ulangan susulan diganti tugas aja wkwkwk)
Seperti yang sudah tak ceritain
tadi, sebenernya tahun kemarin itu aku cuman mau fokus ke OSN. Tapi diluar
dugaan, partner penelitian aku (yang aku prediksi bakal lolos OSN juga) nggak
lolos OSK, mau nggak mau aku harus tetap memperjuagkan mimpi teman aku yang
satu ini buat dapet sertifikat hehe (alhamdulillah sekarang dia diterima di
Teknik Kimia UGM jalur SNMPTN). Akhirnya dengan nekat, data yang kurang
memadai, analisis data yang tidak berpengalaman akhirnya penelitian kami
selesai (ini sebenernya juga karena dukungan mas Zaenal yang kata-kata beliau
selalu aku ingat “uang yang kalian pakai untuk penelitian ini uang rakyat lho
adek-adek, jadi jangan disepelekan”). Yah, karena ini memang beasiswa
penelitian hehe jadi harus dipertanggungjawabkan dong ^^. Penelitian kami
jarang dikoreksi mentor-mentor berpengalaman. Tapi menurut aku sendiri alasan kenapa kok penelitian ini bisa
menarik dewan juri karena idenya dan keorisionalitasnya hehe. Jadi di OPSI itu menurut
aku yang hal yang penting adalah ide dan keorisionalitasannya.
Pengumuman finalis OSN sama OPSI yang
diumumkan lewat web itu jauh bangeeeet rasanya. Pas OSN, di hari pengumuman aku
udah mantengin website, berapa menit sekali ngecek, terus pas selesai download,
jantungnya kayak mau copot gitu hehehe. Tapi pas liat pengumuman finalis OPSI, aku
aja lupa pengumumannya kapan, aku buka setelah dishare temen aku, ada nama aku,
aku biasa aja, malah jadi takut klo misalnya jurinya salah tulis nama. Aku juga
bingung cara menilainya bagaimana, soalnya banyaaaak banget temen aku yang
berusaha mati-matian buat penelitiannya tapi nggak lolos. Eh aku yang usahanya
menurut aku biasa aja bisa lolos.
Sebenernya penelitianku ini
penelitian lanjutan, jadi pas kelas 10 itu aku pernah penelitian tentang ini
tapi beda permasalahan yang dibahas. Nah, pas kelas 10 itu aku sama partner
udah usaha semaksimal mungkin. Yang aku inget pernah wawancara sampai deket Kaliurang
naik motor berdua. Padahal waktu itu dia masih amatir banget naik motornya,
motornya aja pernah jatuh berkali-kali wkwkwk. Pokoknya pas kelas 10 itu
berharap banyak deh. Tapi ternyata Allah lebih tau waktu yang tepat hehe.
Nah pas udah pengumuman kami tu
malah takut jangan-jangan nanti jadi finalis cuma bikin malu aja, pokoknya
nggak pede deh. Untung dari DIY itu ada pembinaan buat matengin persiapan
sebelum ke Jakarta, tempat OPSI 2016. Nah, disitu akhirnya kami lebih percaya
diri dan penelitian kami lebih bermutu hehe.
Jalannya OPSI nggak tak jelasin di
sini ya, udah agak lupa intinya kita nginep di hotel bintang 4 yang nyaman
banget (jadi cita-cita aku nginep di hotel bintang 4 tercapai deh hehe), ada
acara kunjungan ke industri, terus acaranya presentasi gitu sama pameran. Kalau
pas pameran kami (aku dan partner) menjelaskan penelitian kami ke orang-orang
yang dateng dan dinilai poster penelitiannya oleh juri. Waktu pameran agak
gugup juga karena kanan kiriku udah cas
cis cus aja njelasin pakai bahasa inggris, sedangkan kami pakai bahasa
Indonesia saja kadang nggak jelas ngomong apaan hehe. Gak tau kenapa pas
presentasi aku merasa lebih percaya diri dan nggak deg-degan hehehe. Mungkin
bener ya kalo practices make perfect.
Mungkin sekarang karena jarang latian ngomong lagi kalo disuruh ngomong di
depan umum groginya balik lagi hehe. Intinya sih kalo di OPSI karya itu harus
beneran peserta yang ngerjain, bukan mengandalkan orang lain. Mentor memang ada
dan itu mengarahkan saja. Pokoknya keliatanlah kalo pas presentasi kemudian ditanyain
juri. Pokoknya kalau yang melakukan penelitian itu mereka sendiri, pas ditanya
njawabnya lancar jaya.
Pas pengumuman medalis OPSI, baru
deh aku deg-degan dan jantung rasanya mau copot. Kebalikan di OSN, klo pas pengumuman
medalis OSN aku tenang-tenang aja, aku juga bingung hehehe. Di OPSI ini ahamdulillah
bawa pulang medali perak.
Kebahagiaan aku terus bertambah
ketika sering mewakili sekolah buat ikut lomba ekonomi dan akuntansi. Yah,
lombanya lumayan banyak sih soanya hampir semua PTN dan PTS di jogja yang ada
jurusan ekonomi/akuntansi pasti ngadain lomba. Aku bahkan beberapa kali menolak
beberapa lomba karena waktunya bersamaan. Belum lagi bonus yang aku dapat
sebagai medalis OSN dan OPSI dari sekolah, kota, dan provinsi. Alhamdulillah,setelah
di total semuanya aku sudah bisa menabung untuk biaya kuliah (tapi baru S1 hehe).
Dan karena itu pula orang tua aku nggak mengijinkan buat ikut bidikmisi waktu
kuliah. Selain karena aku itu minat ke sekolah kedinasan, kami (aku dan orang
tua) merasa masih banyak diluar sana yang butuh beasiswa tersebut dan merasa
masih mampu untuk bayar kuliah sendiri.
Di setiap kebahagiaan juga ada
kesedihan. Ya, begitulah hidup manusia. Tanggal 4 April 2017 kemarin adalah hal
yang paling menyedihkan buat aku selama hidup di dunia ini. Tepat di tanggal
tersebut Bapak aku dipanggil Allah L. Sedih sekali kalo mengingat kejadian tersebut. Yah meskipun kata
beberapa orang aku ”terlihat kuat” (karena aku hanya menangis sebentar, tidak
sampai teriak-teriak dan pingsan hehe). Buat aku, kenapa harus menangis jika
dengan menangis Bapakku tidak akan bisa hidup lagi. Yah walaupun pas menulis
ini lagi-lagi aku harus berkaca-kaca karena mengingat beliau. Beliau itu sosok
yang sabarnya luar biasa, lebih sering diam tapi memilih untuk bekerja (nggak
cuma omong doang), yah pokoknya yang yang menginspirasi aku dibanyak hal lah.
Beliau itu yang sering nganterin aku keliling Jogja buat lomba, pembinaan, dll.
Pas pembinaan OSN aja beliau 3 hari sekali dateng buat nengok aku dan nganter
pakaian bersih kemudian menukarnya dengan pakaian kotor.
Jadi kronologisnya begini, bulan
Agustus 2016 itu bapak masih nganter aku buat lomba akuntansi di suatu
perguruan tinggi. Awalya beliau nolak sih nyuruh aku sendiri aja, tapi aku itu
paling nyaman dan tenang kalo dibonceng bapak hehe. Selain itu waktu itu
kebetulan aku juga bawa pulang piala yang gedhe (paling gedhe diantara yang
pernah aku dapat), jadi emang tepat pilihan aku buat dianter bapak hehe. (Itu
lomba terakhir yang aku ikuti dengan dianter bapak)
Bulan September bapak masih ikut aku
buat ikut sosialisasi masuk PKN STAN, kayanya itu awal bulan. Nah, di
pertengahan September bapak aku tiba-tiba pingsan waktu di sawah, tapi akhirnya
bisa siuman terus pulang naik motor. Nah pas itu langsung diperiksa ke dokter
dan katanya cuma masuk angin.
Bulan Oktober Bapak aku berobat
lagi karena badan belum enak, dan dokter mendiagnosis Bapak sakit Jantung
Bengkak. Kami, sebagai keluarga yang selalu positif thinking tidak pernah
mengkhawatirkan hal tersebut karena tahun 2013 Bapak juga pernah bermasalah
dengan jantungnya dan setelah itu normal lagi. Bapak juga sempat opname selama
1 minggu di rumah sakit.
Dari Bulan Oktober sampai April
kondisinya memang naik turun. Kadang kakinya bengkak kadang normal. Klo lagi
fit ya ke sawah, naik motor sendiri, ya pokoknya normal seperti biasalah. Klo
lagi nggak enak ya rasanya kayak orang masuk angin, Cuma tiduran di rumah nggak
ngapa-ngapain. Tiap bulan selalu kontrol ke rumah sakit dan kata dokter
baik-baik aja.
Pas tanggal 4 April itu paginya
bapak ngerasa kakinya sakit, susah buat jalan. Nah sebelum itu kondisinya juga
kurang fit. Tak suruh ke rumah sakit juga nggak mau (1 hari aku dan ibuk bisa
nyuruh sampa 10 kali lho), niatnya mau nunggu jadwal kontrol dokter
selanjutnya. Nah, dari pagi itu Bapak udah niat mau minum obat warung buat asam
urat (karena bapak ada riwayat asam urat juga), tapi aku nggak ngebolehin
soalnya obatnya itu sebenernya nggak ada ijin edar dan berbahaya. Akhirnya
Bapak minum obat dari dokter. Sampai sore pun ternyata kakinya masih sakit.
Bapak cuma bilang, “klo sampai malem nanti sakitnya nggak sembuh, obat
warungnya mau tak minum”. Aku cuma bilang iya dengan setengah hati karena aku
nggak ikhlas kalo bapak aku minum obat itu, apalagi bapak punya riwayat sakit
jantung. (untungnya sampai Bapak tiada Bapak belum sempat minum obat warung itu
jadi aku tidak menyesal)
Sekitar habis maghrib, Bapak aku
itu masih ngobrol2 santai sama om dan ibuk aku, Aku yang biasanya ikut nimbrung
memilih ngerjain soal matematika karena waktu itu sudah mendekati UN. Sampai
adzan isya’ om aku pamit buat ke masjid dan ibuk aku wudhu + sholat duluan
karena bapak aku mau BAB dulu sebelum wudu dan solat isya’. Nah saat bapak udah
keluar kamar mandi, terdengar suara bruk.
Aku dan ibuk pun mendapati Bapak sudah tiada (setelah itu dipastikan dengan
memanggil dokter). Alhamdulillahnya meskipun bapak belum sempat sholat isya,
Bapak meninggal dalam keadaan berwudhu dan berniat sholat. Yah, tidak semua
orang bisa meninggal dalam kondisi seperti itu lho. Menurut islam kan manusia
akan meninggal sesuai dengan kebiasaannya. Alhamdulillah, kebiasaan Bapak aku
ini kalau sholat selalu tepat waktu.
Life must go on. Kesedihan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, aku
akhirnya justru semakin semangat buat ngejar mimpi aku sekolah ke PKN STAN,
seperti impian alm. Bapak. Alhamdulillah impian tersebut akhirnya terwujud
(pengalaman masuk STAN akan aku ceritakan di postingan selanjutnya).
Inti dari postingan ini adalah :
Syukuri hidup yang kita jalani
karena masih banyak yang tidak seberuntung kita. Meskipun bapakku sudah tiada aku
masih bersyukur bisa diberi kesempatan bersama bapak di dunia selama 18 tahun,
banyak juga lho yang bahkan sebelum lahir bapaknya sudah tiada, atau banyak di
luar sana yang bahkan tidak tau keberadaan orang tuanya. Aku juga bersyukur
bapak meninggal dalam keadaan baik dan semoga khusnul khotimah. Aku tidak
membayangkan jika ada yang meninggal dalam keadaan bermaksiat. Naudzubillah min zalik.
Dalam hidup ini selalu ada
kebahagian dan kesedihan, jadi jalani saja dengan ikhlas, semua manusia akan
mengalaminya sesuai porsinya masing-masing.